“Namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau”
Maleakhi 1:2-3
Apakah maksud dari perkataan ini? Apakah benar Allah pernah pilih kasih dengan mengasihi yang satu dan membenci yang lain? Kata di atas merupakan satu bagian dari Maleakhi pasal 1 yang menarik untuk disimak. Tentunya banyak penafsir yang telah menafsirkan bagian ini namun penulis berharap bahwa paparan berikut dapat memberikan sedikit hal baru atas teks Maleakhi 1:2-5.
Latar belakang kitab Maleakhi
Maleakhi ykiêa'l.m; berarti seorang pembawa berita atau pembawa berita Tuhan[1]. Arti dari maleakhi tersebut mengarah kepada pasal 3:1 namun Elizabeth menyatakan bahwa kata Maleakhi bukan berasal dari 3:1 namun merupakan fungsi imam yang ditulis dalam 2:7. Kitab Maleakhi ditulis setelah masa pembuangan dan sebelum reformasi Ezra dan Nehemia[2]. Penulisan kitab ini diduga pada waktu pemerintahan Persia. Hal ini dapat dilihat dari 1:8 dimana terdapat kata bupati (ibrani pẻhậh). Pada masa itu bupati merupakan pemimpin daerah pada masa pemerintahan Persia (staff Persia). Kesatuan dari kitab Maleakhi ini masih dipertanyakan. Diduga pasal 4:4-6 adalah ayat tambahan yang diselipkan pada akhir kitab. Dalam setiap pasal dalam Maleakhi terdapat tanya jawab yang berupa debat antara nabi dengan pendengarnya.
Maleakhi mengambarkan keadaaan Israel setelah masa pembuangan. Pada masa itu Israel sedang berada dalam kondisi yang tidak baik. Mereka berada di bawah pemerintahan Persia. Persia memberikan kekuasaan kepada para imam untuk memerintah Israel. Sayangnya para imam ini menyalahgunakan kekuasaan yang mereka terima. Para imam ini melakukan penyimpangan-penyimpangan yang tidak patut dilakukan oleh imam. Pada masa ini pajak sangat tinggi karena para imam melakukan korupsi.Kondisi seperti ini membuat keadaan orang-orang Israel semakin menderita. Tidak ada lagi yang dapat mereka anut dalam kehidupan mereka. Kitab ini merefleksikan kelemahan dari Israel dan didalamnya pertanyaan-pertanyaan keputusaasaan sering dilontarkan. Keputusasaan Israel inilah yang membuat mereka meragukan kasih Tuhan bagi mereka. Mereka merasa bahwa Tuhan tidak mengasihi mereka. Integritas dari imam-imam dalam menjalankan tugasnya serta bagaimana melayani Tuhan dan menyembah Dia dalam seluruh kehidupan menjadi bahasan yang menonjol dalam kitab Maleakhi.
Tafsiran Maleakhi 1:2-5
2. “ Aku mengasihi kamu” , Firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: “ Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami? “ “ Bukankah Esau itu kakak Yakub?” demikianlah firman TUHAN. “Namun Aku mengasihi Yakub,
Ayat tersebut menunjukkan adanya percakapan tidak langsung antara Tuhan, Nabi dan Umat Israel. Dalam hal ini Maleakhi (sebagai Nabi) bertindak sebagai perantara komunikasi secara tidak langsung antara Tuhan dengan umat Israel. Seruan Maleakhi ini merupakan seruan untuk mengingatkan Israel tentang kasih Tuhan. Ayat ini ingin menegaskan bahwa Allah mengasihi Israel. Kata yang digunakan adalah בהַאָ (qal:mencintai, lebih kepada “memilih”). Ini merupakan kata kerja perfect, jadi kasih Tuhan bagi Israel memang telah ada sejak dahulu dan sekarang kasih Allah itupun masih tetap bagi Israel.
Israel justru menanggapi Firman itu dengan pertanyaan, “bagaimana cara Tuhan mengasihi kami?”. Ini adalah pertanyaan yang merepresentasikan penderitaan mereka. Penderitaan tersebut yang membuat Israel tidak dapat melihat kasih Tuhan, karena mereka tidak dapat melihat kasih Tuhan maka mereka meragukan kasih Tuhan. Israel merasa bahwa Tuhan tidak memenuhi janjiNya. Hal ini disebabkan karena Israel sedang mengalami kesukaran setelah pulang dari pembuangan. Dalam kondisi seperti itu mereka merindukan masa lalu ketika Tuhan ada di pihak mereka dan selalu memberkati mereka. Namun kemudian menimbulkan kepahitan ketika melihat kenyataan bahwa sekarang Tuhan tidak lagi mengasihi mereka. Pernyataan mereka tersebut terkait dengan penderitaan yang mereka alami. Penderitaan itu mereka jadikan bukti bahwa Tuhan tidak mengasihi mereka. Dengan dasar inilah mereka meragukan kasih Tuhan. Ketika Tuhan berkata bahwa Tuhan mengasihi mereka, maka mereka menjadi skeptis dan ragu apakah Tuhan benar-benar mengasihi mereka, dengan melihat kenyataan kini Israel berada dalam kesukaran.
Dengan bertanya ‘Bagaimana Engkau mencintai kami?’, seakan-akan ini merupakan sebuah trik dan juga sebagai sarana untuk meminta bukti akan cinta Tuhan. Keraguan Israel tersebut dijawab Tuhan dengan ‘Bukankah Esau itu kakak Yakub?’. Jawaban Tuhan ini mengandung makna yang dalam dan terdapat penekanan atau penegasan bahwa Tuhan memang mencintai mereka, hal ini sudah jelas. Mengapa Israel menanyakan hal itu lagi?
Untuk menjawab pertanyaan itu, Tuhan memakai parabel tentang Esau dan Yakub. Dalam realita, Esau memang kakak Yakub, jadi hal ini tidak perlu dipertanyakan lagi. Demikian pula dengan cinta Tuhan yang sudah pasti bagi Israel. Mengapa Israel harus mempertanyakan kebenaran cinta Tuhan itu? Cinta Tuhan merupakan hal yang tak terbantahkan, sama halnya dengan realita bahwa Esau adalah kakak Yakub.
Digunakannya kisah Esau dan Yakub oleh penulis kitab ini mungkin karena kisah ini telah populer di kalangan orang-orang Israel. Karena kisah ini telah populer, mungkin penulis kitab ini mengasumsikan bahwa semua orang Isreal telah memahami kisah ini sehingga dengan mudah orang Israel dapat menangkap pesan yang disampaikan. Pengunaan kisah ini mungkin juga terkait dengan kisah mereka di masa lampau. ‘Namun Aku mengasihi Yakub dan membenci Esau’. Pernyataan ini terkait dengan Kejadian 27. Yakub merupakan orang yang menerima berkat dan sangat dikasihi. Begitu pula dengan Israel. Mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Tuhan. Mereka akan tetap diberkati walaupun mereka meragukan hal itu.
Kisah Esau dan Yakub yang ditampilkan dalam ayat ini mungkin punya kaitan dengan apa yang terjadi di masa lalu ketika Esau menjual hak kesulungannya dengan sup kacang merah (kejadian 25:27-34). Ini menukjukkan bahwa Esau tidak dapat menjaga suatu kepercayaan besar yang dianugerahkan kepadanya. Hal inilah yang membuat Allah lebih mencintai Yakub daripada Esau. Kepercayaan Allah itu sekarang jatuh ke tangan Yakub.
Yakub merupakan representasi dari Israel, sedangkan Esau merupakan representasi dari Edom (Kej 36:1). Pernyataan diatas merupakan sebuah pembuktian bahwa Tuhan membenci musuh Israel. Dengan pembuktian ini, maka Israel akan merasa puas karena sakit hati mereka kepada Edom terbalaskan. Israel merasa sakit hati karena Edom melakukan pengkhianatan. Pada waktu Israel dibuang ke Babel, Edom tidak diserang Nebukadnesar (Raja Babilonia)[3]. Edom melakukan pengkhianatan dengan cara ikut serta dalam pemusnahan bait Allah, bekerjasama dengan Babel. Edom menjadi informan Babel, dapat dikatakan bahwa Edom justru mengambil keuntungan atas penderitaan Israel di Babel. Perkataan Tuhan bahwa Ia mengasihi Israel dan membenci Edom, merupakan jawaban atas kepahitan yang dialami Israel.
3: tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun.
Ayat diatas merupakan bukti yang riil akan cinta Tuhan terhadap Israel dengan cara membenci (kata yang digunakan adalah אנשׂ) dan menghancurkan Edom. Hal ini juga merupakan hukuman bagi Edom yang berubah setia. Obaja ayat 11-14 menjelaskan secara detail tingkah laku Edom yang mengkhianati atau melanggar seluruh peraturan tidak tertulis dari hubungan antar manusia[4].
Hubungan Esau dengan Yakub memang tidak baik. Ini menunjukkan ada sesuatu yang tidak beres di antara mereka. Setelah Esau merasa bahwa ia tidak mendapat berkat dari bapanya (Kejadian 27), maka mungkin saja ia menyimpan sakit hati dan dendam yang dalam kepada Yakub. Dendam ini terbawa sampai keturunan-keturunan sesudah mereka. Rasa dendam Esau itulah yang membuat Edom mengkhianati Israel.
Pegunungannya akan Kujadikan sunyi sepi, mungkin ini ingin mengambarkan dimana Edom tidak lagi memiliki kekuatan. Mungkin saja yang dimaksudkan dengan Gunung adalah kekuatan Edom yang bersekutu dengan Babel. Kekuatan itu akan dibuat lemah bahkan tidak ada sama sekali. Tanah pusakanya Kujadikan padang gurun, ini mengambarkan bahwa Edom akan dibuat menjadi bangsa yang tidak memiliki kekuasaan apapun. Daerahnya akan dijadikan daerah yang tidak dapat digunakan untuk apapun karena telah menjadi padang gurun. Lepas dari itu ayat tersebut sekaligus sebagai peringatan kepada Israel, jika Israel berubah setia, maka Tuhan akan melakukan hal yang sama kepada Israel, yaitu menghancurkan mereka.
4: Apabila Edom berkata ‘Kami telah hancur, tetapi kami akan membangun reruntuhan itu’, maka beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Mereka boleh membangun, tetapi Aku akan merobohkannya; dan orang akan menyebutnya daerah kefasikan dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya’.
Istilah Edom ini memiliki kaitan yang erat dengan peristiwa sup kacang merah. Kacang merah di sini tidak sekedar menunjukkan kacang jenis apa yang dimakan oleh Esau tetapi juga sebagai simbol bahwa Edom adalah bangsa merah( mungkin berkulit merah). Bangsa berkulit merah disini berasal dari Esau (Esau berkulit merah karena gemar berburu di padang). Sedangkan Yakub yang kemudian menjadi bangsa Israel terkait dengan pemberian namanya oleh Tuhan yang diganti dari Yakub menjadi Israel.
Edom yang dulu menerima keuntungan dari penderitaan Israel, kini harus menanggung hukuman. Mereka diserang oleh orang-orang padang gurun Nabatea, kemudian orang-orang Edom meninggalkan wilayahnya dan pindah ke Negeb. Edom tidak pernah mampu memulihkan wilayah mereka, akhirnya mereka bergabung dengan Kerajaan Idumea dengan pusat kota di Hebron[5].
Ayat tersebut merupakan gambaran dimana sebenarnya Tuhan sudah menunjukkan yang terbaik bagi Edom, namun Edom justru memberontak. Yang dimaksud dengan pemberontakan disini adalah tingkah laku Edom. Walau ia dulu tidak mendapat berkat, namun Tuhan telah memberikan suatu wilayah bagi mereka. Setelah kehidupan mereka mapan, rupanya mereka justru mengusik kehidupan Israel yang sedang berada dalam pembuangan. Tindakan Edom yang bekerjasama dengan Babel menunjukkan bahwa mereka melakukan pemberontakan. Seharusnya mereka tidak perlu melakukan hal itu karena pada dasarnya mereka adalah saudara. Ayat ini berarti pula sebuah keangkuhan dan kecongkakan dari Edom. Perkatan Edom kami telah hancur menunjukkan bahwa sesungguhnya mereka telah mengakui bahwa ada kuasa Tuhan yang menghancurkan mereka namun seolah-olah mereka mengatakan bahwa mereka tidak peduli jika Allah menghancurkan mereka. Kuasa Tuhan ini ternyata tidak hanya di Israel saja namun juga sampai di luar Israel (terkait dengan ayat 5). Mereka akan membangun kembali apa yang sudah dihancurkan Allah dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka menentang kehendak Allah.
Tidak berhenti sampai di situ, Allah juga akan menamakan daerah kefasikan dan suatu bangsa yang membuat Allah murka sampai selama-lamanya. Ini mengindikasikan bahwa Edom akan dijadikan peringatan atau prasasti bahwa pernah ada bangsa yang fasik. Prasasti ini juga sebagai peringatan bagi bangsa-bangsa lain termasuk Israel supaya jangan sampai ada bangsa lain yang seperti Edom (dibenci Allah).
5: Matamu akan melihat, dan kamu sendiri akan berkata: ‘Tuhan Maha Besar, sampai di luar daerah Israel’.
Ayat tersebut merupakan bentuk penyadaran kepada Israel, supaya mereka bertobat dan memahami bahwa Tuhan Maha Kuasa. Ia dapat membuktikan cintanya. Apa yang telah dikatakan Allah banwa Allah mengasihi mereka itu bukanlah omong kosong. Ia membuktikan perkataanNya. Tuhan menyatakan perkataan itu juga sebagai bentuk kejengkelan karena Israel seakan-akan belum percaya bahwa Ia mencintai Israel walaupun Tuhan telah menyodorkan realita-realita bukti cintanya tersebut. Pernyataan tersebut seolah-olah berkata, ‘Silakan saja kalian tidak percaya, tapi toh suatu saat kalian akan tahu bahwa Aku ini Tuhan yang Maha Kuasa dan Aku dapat melakukan apapun sampai kalian benar-benar percaya bahwa Aku mencintai kalian’.
Catatan tambahan
Pada dasarnya Maleakhi 1:2-5 merupakan pembuktian dari Tuhan bahwa Ia mencintai Israel. Bagi kita, Israel disini bukan dalam arti wilayah ataupun suku, tapi Israel dalam maknanya secara teologis, yaitu umat Tuhan.
Pembuktian cinta itu digambarkan dengan cerita Edom dengan Israel. Edom digunakan sebagai pembuktian cinta Tuhan terhadap Israel, sekaligus sebagai ikon untuk menjelaskan cinta Tuhan tersebut. Cinta Tuhan yang terlihat, seolah-olah memilih yang satu daripada yang lain. Ini merupakan hak bebas Tuhan untuk memilih seperti dalam Roma 9:15[6]. Alasan rasional dari cinta yang memilih ini tidak ditulis dalam Maleakhi. Hal ini juga tidak memiliki kaitan dengan predestinasi. Itu merupakan hak Allah, dan hanya Allah yang tahu mengapa Ia memilih yang satu daripada yang lain. Allah tentu punya alasan atas hal ini. Pasal ini bukan hanya menunjukkan cinta Tuhan, tapi juga sindiran bagi Israel. Pada waktu itu keadaan Israel sedang dalam masa paska pembuangan, sehingga semuanya belum tertata, termasuk hal-hal religius atau kultus. Belum lagi imam-imam yang tidak menjalankan tugas dengan semestinya. Perkataan bahwa Tuhan mencintai mereka dapat berupa seruan bagi Israel untuk kembali menyembah Tuhan yang mencintai mereka, karena mungkin saja mereka sudah lupa akan cinta Tuhan setelah lama berada di daerah yang berbeda sama sekali dengan Israel.
Penulis Maleakhi mungkin prihatin dengan keadaan Israel yang masih kacau setelah pembuangan, sehingga ia memberi penghiburan kepada orang-orang yang putus asa, bahwa Tuhan mencintai mereka. Selain penghiburan, termuat juga nasihat bagi Israel untuk tidak seperti Edom. Allah mau supaya umatNya memahami bahwa Ia benar-benar mengasihi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar